Seiring dengan goyangan tubuhnya, Iswani mendesah-desah, “Ssh.. Terima kasih banyak ya mau menemanin aku.”, kata Iswani dan mencium pipiku. Bokep china pasti belum, kalau tidur kamu kok kuat sekali!”, omelnya. Berusaha menyembunyikan pikiranku kujawab seadanya,“Ah nggak melamun kok, cuma membayangkan rasanya dicubit hantu seperti yang Mbak tadi bilang”. Dengan serta merta ditariknya celana pendek dan celana dalamku sekaligus disertai hembusan nafas beratnya yang makin menggebu. “Sudah ngopi, Tok?”, tanyanya. “Itu karena pikiranmu belum dewasa. Caramu berbicara dengan wanita asal saja tanpa pernah kamu pikirkan akibatnya. “Memangnya kamu sudah kenal, Tok?”, tanyanya. Pasti yang tertarik adalah golongan hantu-hantu, hehehe..”, gurauku merubah raut muka sedihnya menjadi kemarahan. Kamu sendiri kenapa mau?”, jawabnya yang dilanjutkannya dengan pertanyaan. Setengah dari rokoknya telah habis ketika kulihat Iswani keluar dari pintu kamar dengan menggunakan kaos oblong besar dan celana pendek sebatas paha. “Hmm.. Beberapa data yang masih kurang demi kelengkapan data kucatat dalam jurnal kerjaku. “Karena aku tahu bahwa kamu tipe pemuda gila kerja
