Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bokep india Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! Selera makanku mendadak punah. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku? Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi.Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Abi belum bisa sabar seperti Rasul.




















