Kami berdua memutuskan untuk pulang ke rumah, berlari seolah kejar-kejaran dengan waktu jatuhnya air dari langit.Tapi baru sampai kami pada sebuah kebun pisang, hujan turun dengan lebatnya, enggak pake gerimis terlebih dahulu. Aku barulah sadar, vaginanya menungguku untuk kembali lidahku menguaskannya.Aku memutar tubuhku, memposisikan mulutku tepat di hadapan vaginanya, sementara mulut Sava sibuk maju mundur di batang penisku sambil mengocoknya pelan-pelan. Bokeb Saat itu dia masih selalu mengeluh atas apa yang Tuhan berikan padanya. Daun pisang sebagai satu-satu pelindung kami, sudah tak mampu lagi menahan derasnya air yang turun, kami sudah benar-benar basah kali ini. Gak ada rasa sakit meskipun kepalan tanganku mulai mengeluarkan darah segar.“Siapa saja, gak peduli malaikat atau iblis, silahkan menukar kehidupan Sava dengan nyawaku. Aku ikut membantu melepas kaosku, dengan terburu-buru aku membuka kaitan branya lalu ku lempar ke sembarang tempat.Kembali kami saling dekap, kulit kami kini benar-benar bersentuhan.
