Aku menjilatinya, membersihkannya.Aku senang mendengar rintihan nikmat Kak Edo. Jadi budak sexmu pun… saya bahagia…”
“Huusssss…. Bokeb Aku cinta sama kamu!” Aku menunduk dalam- dalam. Terasa enak ketika lidahku menyapu di sepanjang batang yg indah ini. sekali lagi tangan yg kekar itu memegang pinggangku yg ramping erat-erat, menekan tubuhku ke bawah. Aku membawa senampan sarapan dan kopi panas itu, kuletakkan di meja sebelah ranjang.Ah, memandang ranjang itu… kemarin aku membenamkan wajahku di sana, sementara penisnya terbenam di vaginaku… Aku tersenyum. Memakai rambut untuk mengelap penis merah tua, yg kepalanya licin merah muda. Aku merasakan penisnya melemas, meluncur keluar. Saya sudah berkata lancang…” Tuanku terdiam.Aku merasa tdk karuan.“Permisi, tuan…” dengan gugup aku bangkit lalu kembali ke kamarku. Kak Edo mencabut penisnya dari vaginaku. Mungkin saya tdk pantas jadi istri. Aku masih megap-megap, kehabisan nafas. Aku tersenyum, menyambutnya di hari yg baru.“Met pagi, tuan…”
“Met pagi…”
“Sarapan?”
“Ehm… ada kamu kan?”
“Kok ada saya?”
“Iya, saya mau sarapan kamu”
“Hihihi…. Aku…. Kepala bulat licin itu mencari