tapi mirip sapi!” kataku mencoba mengalihkan perhatiannya. Aryo berpegangan erat di pinggangku, jantungku berdegup, namun aku berusaha biasa aja. Bokep barat Kebetulan, pikirku. “Bukan, ah kamu ini, Den. “Nggak kok Mas Den, nggak pa-pa”, jawabnya sambil menunduk. Lalu aku meneruskan menghisap kemaluannya, kumainkan lidahku. Aku duduk di sebelah Aryo, sambil kuelus punggungnya. Kemaluanku sudah tegak berdiri di dalam celana dalamku.Kemudian aku membuka celana dalamnya. Reza mencibir, “Biarin”, katanya. “Soalnya saya juga mau”, kataku tanpa rasa dosa, lalu kami bertiga tertawa keras-keras. Ia hanya berkata tidak apa-apa. “Iya nih, salah ngambil tadi.”, jawabku sekenanya. Kami berdua terengah-engah setelah pertandingan itu. Kemudian Aryo membuka satu persatu kancing bajuku. Aku dan Aryo mengantarnya hingga ke Stasiun Tugu. Kuurut perlahan kemaluannya, dan dia tetap mengerang. Aku terburu-buru ke kamar mandi. “Jujur aja Aryo, ada apa?”
“Oke deh, Aryo akan jujur. Reza sedang duduk-duduk sambil membaca majalah. Isinya kok cowok semua?”, tanya Aryo. “Ayolah Mas”, pintanya.
