Tapi…”
“Tidak, kamu masih perjaka,” ia berbisik lagi. Segenap otot di tubuhku melemas. Bokep indo Aku mendiamkannya. Kulihat ia memperhatikan rumah kecilku dengan seksama. Ia mendesah saat kutemukan puting buah dadanya. Waktu itu kulihat ia berdiri sendiri di depan pintu lorong yang menghubungkan ballroom dengan dapur. Kita impas?” Aku menoleh dan melihat ia masih dengan senyumnya menatapku. Aku terlena saat bibirnya memagut bibirku. Kenikmatan yang luar biasa, saat ia memainkan jemarinya di sana. Ia menatap mataku. Kalau sampai ia turun sebelumnya, aku tak yakin akan menjumpainya lagi di lain kesempatan. Canda itu membuat kami serasa sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Tapi pandangan matanya membuatku terpaku. “Aku..,” desahku lagi. Kurasakan kehangatan kulitnya dan kelembutan tubuhnya membuatku nyaman. Tanpa sadar aku mengerang saat jemarinya menempel di selangkanganku. Bibirnya begitu lembut di bibirku.
