Kami berpelukan. Bokep barat Mula-mula terasa seret memang, namun aku malah semakin menyukainya. Matanya perlahan terpejam. Bukannya terkejut, malah sebaliknya dia tertawa mendengar bualanku. “Pokoknya tempat di mana tidak ada orang yang bisa mengganggu ketenangan kita, Santi”, jawabku sambil memandang permukaan dadanya yang baru saja aku remas-reMas. Mas, kamar Santi lagi berantakan nih!”Eksanti lalu menutup pintu di depanku. Mula-mula terasa seret memang, namun aku malah semakin menyukainya. Masih ditambah lagi dengan jepitan liang senggamanya yang sepertinya punya kekuatan magis untuk menyedot meluluh lantakkan otot-otot kejantananku. “Pelan maas..”, ujarnya berulang kali, padahal aku merasa aku sudah melakukannya dengan begitu pelan dan hati-hati. Aku membelai lagi payudaranya. Ketika itu mereka tinggal dalam sebuah rumah kost yang sama di daerah Selatan – Jakarta, meskipun berbeda kamar, karena saat itu Yoga sedang mendapat training di Jakarta selama 6 bulan.Sebagai bekas teman dan atasan Eksanti, aku memang pernah dikenalkan dengan Yoga. “Tentang kamu, San”, jawabku pelan. Namun aku diam saja, yang penting dia
