Akú berharap úntúk libúran selanjútnya, keponakankú maú datang lagi agar akú bisa menúnjúkan túbúhkú lagi kepadanya. Súatú malam akú memútúskan úntúk mengúji keponakankú. Bokeb úntúk
menghilangkan rasa gúgúpnya, akú melemparkan senyúm kepadanya, dan dibalas dengan senyúm yang kikúk. Maksúdkú adalah akú súka diintip olehnya. Akú menyapanya dan segera di balas dengan sapaannya júga. Setelah itú, akú mengambil handúk dan pergi ke kamar mandi. Kúbúka lilitan handúkkú sehingga akú telanjang búlat. Pakaian dalamkú sering kútemúkan tidak pada tempat dan úrútannya. Setelah itú, akú kembali dúdúk di sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjútkan acara nonton TV dan bincang-bincang kami. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti bajú, cairan kewanitaankú terasa mengalir di sela-sela vaginakú. Tak lama kemúdian, akú memútúskan úntúk tidúr, karena saat
itú jam 11.30. Akú múlai merasa kalaú keponakankú memiliki obsesi seks tentang akú. Waktú itú, semúa laki-laki yang memandangkú saat akú sedang “Beraksi” júga memperlihatkan reaksi yang sama.
