Dari atas: Turun. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Bokep china Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Aku mengikutinya. Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Hitam. Aku pun segan memulai cerita. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Badannya berbalik lalu melangkah. Aku tersetrum. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka? Wajahku mulai panas. Ah sial. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Tetapi, bayangan itu terganggu. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. “Si Nina, yang tadi. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Ayo. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot.
