Apa sudah waktunya?Saya nggak bisa kendalikan badan saya. Saya juga nggak pernah merasa sendirian lagi.“Uohhh… buang di dalem boleh gak Neng?” tanya supir yang di depan saya.Saya ngangguk. Bokep mom Lumayan juga bisa ndapat perawan siang-siang begini… Kalau kamu mau, Denok, cari uang itu nggak susah…”Beliau jatuhkan enam lembar lima puluh ribuan ke dekat muka saya. Duh, lidahnya ikut main juga, masuk-masuk ke mulut saya, mengajak bergulat lidah saya. Sekarang saya sudah jadi istri Juragan, dan kehidupan saya jadi jauh lebih baik. Kenapa? Tapi ada peran lama saya yang nggak saya lupakan. Haduh, tampang saya pasti sudah ndak karuan. Rasanya panas dingin, kalang kabut, merinding! Waktu kondangan pernikahan, semua orang di Pasar datang dan memberi selamat ke saya, si Denok, penari jalanan berkemben merah yang sudah ketemu jodoh.Untungnya, Juragan termasuk dihormati di Pasar dan semua orang tidak ada yang mempermasalahkan pilihan beliau untuk mengangkat saya yang hina dan pernah terjerumus ini.




















