Tapi sudahlah mulut aku sudah dalam posisi itu. Aku arahkan prop USG tepat di jantungnya, dgn pembesaran 200 X, aku mulai “membaca” ruang- ruang jantungnya. Bokeb sewaktu pelincir menetes diperutnya. Aku sudah tak sabar lagi. “Biarin” pikir aku, selama dia mampu menjualkan alat-alat medis perusahaan, dia tetap layak dipertahankan sebagai karyawan marketing yg digaji dgn baik. Tak pernah
sekejappun Diana membuka kedua matanya, sambil terus berdesis-desis pelan. Diana memeluk aku , dijilat-jilat pelan telinga aku “Maaf ya mas, sejak tadi malam memang aku lagi
“kepengin”” Diana berbisik. Aku pegang pinggulnya, aku tarik dan dorong badan Diana, sesuai dgn arah laju pinggul aku yg maju mundur. Memeknya berbau khas yg agak keras dan berasa asin, seperti keju belanda. Bukit keperempuanannya dipayungi oleh rambut yg lebat. Diana memeluk aku , dijilat-jilat pelan telinga aku “Maaf ya mas, sejak tadi malam memang aku lagi
“kepengin”” Diana berbisik. Aku percepat pompaan aku di selangkangannya.




















