Lalu aku suruh Bu Lastri membuka dasternya. Bokeb Itupun tidak boleh lebih dari jam sembilan malam, karena lebih dari jam tersebut warung tersebut sudah tutup. Aku urut betis Bu Lastri lalu pelan-pelan pijitanku aku naikkan hingga pahanya. Karena sudah ada sinyal pikirku, aku singkapkan dasternya hingga kedua belah pantatnya yang sangat menantang terlihat jelas di depan mataku. Och..” desah Bu Lastri sambil mengangkat pantatnya agak ke atas, hingga makin jelas terlihat kemaluan Bu Lastri yang sudah berwarna coklat tua. “Bu, bapak yang biasa melayani disini, kemana bu?” sapaku.“Och Mang Didin, sedang sakit Mas.” jawabnya.“Lalu ibu siapa?” tanyaku penasaran.Dia hanya tersenyum manis saja.“Wach ini ibu bikin penasaran aja nich” pikirku dalam hati.Memang sich dia balik bertanya, aku ini siapa, dan setelah aku jelaskan, dia memang memperkenalkan diri bahwa dia ibu Lastri.




















