Crekk.. Bokef Srrluuuup.. Wajahnya tampak memerah. Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lantai. Tapi kali ini aku menerima saja, karena tadi sudah lumayan capek meladeni Liani. Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun memasukkannya. Hmm.. Kedua matanya memejam sembari menggigit bibir , desah-desah halus keluar tak tertahankan. Sosok tubuh Rinay masuk berkelebat, seperti tak memperhatikan kami gadis itu menuju ke ujung dipan, ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana.Kami tak mempedulikan kehadirannya dan terus saling menekan. Aku terkesiap… jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta.“Nikmatilah, Kak! Mereka juga pasti maklum….”Oh, ya? Sementara liang senggama Rinay pun menggepit-gepit tak terkendali karena tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa.Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Entah apa yang ada dalam benaknya malam ini. Kami masih bergumul ketika akhirnya memasuki tahap kedua.




















