Eksanti hanya tersenyum. Bokepindo Namun aku diam saja, yang penting dia sudah mau aku ajak pergi, tinggal penyelesaiannya saja. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi. Sambil berbaring Eksanti membuka pengait bra di punggungnya. Aku membalikkan tubuh Eksanti, sehingga kini ia membelakangiku. Akhirnya aku cuma bisa pasrah dan diam.Kejantananku yang tadi aku rasakan telah tegang menantang, tiba-tiba menjadi lemas dalam genggaman tangan Eksanti. Aku merasa aneh atas sikapnya yang berubah-ubah dan suka menggoda. Perlahan namun pasti, kepala kejantananku membelah liang kewanitaannya yang ternyata begitu kencang menjepit batang kejantananku. kamu Santi, jangan deket-deket acchh.., aku masih kesel nih!!”, gumamku berpura-pura sambil mencoba membalas senyumannya. Aku menarik tangan kirinya untuk menyentuh kepala kejantananku. “Aku tanyam, kok malah balik nanya ke aku sih?”, ia bertanya dengan nada agak ketus. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya mengejang. Aku merasakan kepala kejantananku sudah menyentuh bibir kewanitaan Eksanti. Aku memandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung,




















