Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku. Mendung terus gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Bokep ojol Dirinya berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua segi bantal. Mbak Juminten menangis. Sebentar saja dirinya kembali merintih. Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Mbak Juminten bergidik, tubuhnya merinding. “Jangan..nanti dirinya curiga..” Jawabnya menepis tanganku. Butuh berbagai menit menantikan, pintu kamarku yg terbukti tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu lumayan jelas mencetak lekukan pinggul, pantat serta pahanya. Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. “Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. Aku semacam kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya serta jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. “Mbak yakin mau nuselalu apa aja kemauan saya?”Sergahku. ” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak dapat kontrol..”Jawabku. Pikiranku tetap silih berganti antara pertimbangan kotor serta waras. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
