Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. “Haus!” jawabku singkat.Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Bokeb Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Aku sudah tak dapat berpikir waras. “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Sebelah lututku menyentuh karpet. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.“Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.“Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Aah, aku menghembuskan nafas. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..“Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Jangan ada setetes pun yang tersisa! Jilat sambil menatap mataku. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku. Mbak Tia mengangguk.
