Keras mencuat ke depan seperti cengkal kayu yang menonjol pada sarung anak yang disunat. Tetapi Pakde Marto tidak akan mengikuti kemauan idealnya. Bokepindo Sementara itu tak bisa diharapkan akan ada orang lewat sawah ini dalam keadaan hujan macam begini. Kaki-kakinya menginjak tepian amben sebagai tumpuan untuk mengangkat-angkat pantatnya sebagai sinyal untuk Pakde-nya bahwa dia sudah menunggu tindak lanjut operasi cepat Pakde-nya.Pakde Marto memang mau segalanya berjalan cepat. Pelukan yang sekarang ini sudah terkontaminasi secara akumulatip oleh campur tangan sang “setan lewat” tadi.Saat kepala Surti terasa pasrah bersender pada dada, jantung Pakde Marto langsung tidak berjalan normal. Hujan ini luar biasa lebatnya. Dengan wajahnya yang mendongak pasrah menatap ke wajah Pakde-nya Surti semakin menggigil hingga kedengaran giginya yang gemelutuk beradu. Pikiran Pakde Marto dan Surti sekarang adalah mencari tempat berteduh. Pohon kelapa di dusunnya nampak melambai-lambai menanti kepulangannya. Surti dan Pakde Sastro yakin bahwa Bude maupun Iding pasti cemas pada mereka yang tertahan hujan ini.
