Situasi ini tak kusia-siakan, gerakan pinggulku kuperlambat sambil membuat gerakan lembut tapi kuat ke pinggulnya. Zakarku yang dari tadi sudah mengeras, kutekan dan gesek-gesekkan di lipatan pinggul wanita itu. Bokep montok Rangkulan pahanya ke pinggulku kian erat. Kutanggalkan pakaianku satu per satu. Dengan sekali sentakan, celana tersebut berhasil kulepaskan.Sekarang pingulnya yang montok benar-benar bebas dari penghalang. oouucch..!” terdegar lagi suara dari mulut kami berdua.Kemudian terasa genangan spermaku membanjiri mulut rahimnya.“Terima kasih Mas..”Ucapan Viena kubalas dengan mengecup pipinya.“Tok.., tok.., tok..” tiba-tiba bunyi ketokan pintu terdengar.Aku tersadar dari lamunanku lalu bergegas mengenakan pakaian seadanya.“Ada apa Viena..?”“Ini Bang, pakaian tidur buat Abang, tadi kelupaan menaruhnya di dalam kamar.”Melihat ada benjolan besar di selangkanganku Viena tersenyum.“Lagi melamun apa Bang..?” tanyanya usil.“Ach, nggak ada..” jawabku singkat.Wajahku sedikit merah mendegar pertanyaannya yang menggoda.Lalu dia berkata lagi, “Bang, kasian tuh Riani, kayaknya dia butuh teman buat bermain..”Setelah itu, tahulah rekan pembaca apa yang terjadi antara kami berdua.




















