Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga. “Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Bokep jilbab Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Aku malu, malu setengah mati.“Tenang, itu biasa kok.”Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul, “Ya aku berani, aku nekat!”Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.“Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku. “Ke.. “Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan.
