Sesudah menyimpan tas punggung, aku pergi ke rumah Yumiko Kawamura. Bokeb Kemudian kugesek-gesekkan kepala konthol di sepanjang pahanya. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan celana dalam. Dan ingin rasanya kuremas-remas payudara montoknya habis-habisan.Aku duduk di bantal duduk yang disediakan mengelilingi meja tamu. Dari situlah aku jadi hafal namanya: Yumiko Kawamura. Agaknya dia sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Jalannya agak sempoyongan.“Sialan…,” makiku dalam hati karena dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan payudaranya.Yumiko terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon. Sperma tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Kupikir sungguh kuat dia meminum bir. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari konthol ke syaraf-syaraf otakku. Beranikah aku? Kontholku sudah begitu tegang. Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku.
