Lho kamu kok malah baru tahu. Engg… Hahh, iya, iya Mas, ah… ah…”“Ini baru di dalam rumah. Bokeb Citra tersenyum puas mendengar suara berisik di rumah adik dan adik iparnya. Penyakit lama, nih”.Tia agak kesal melihat kakak iparnya—merangkap pemilik salon tempat mereka berdua ngobrol—‘biasa saja’ melihat foto-foto perempuan lain yang membikin Tia dan Bram bertengkar dua hari lalu. Tia diam sejenak, lalu dengan ragu-ragu mulai. Bagaimana kira-kira reaksi Bram. Bukan cuma oleh satu orang, tapi banyak. Bukan cuma oleh satu orang, tapi banyak. Tia beringsut ke sofa. Pipinya bersemu merah, tapi karena polesan.“Kok bengong aja, Mas? Maka itu sejak dulu Bram selalu kurang mujur dalam percintaan; biarpun dia anak pengusaha, tetap saja jarang ada cewek yang mau dengannya. Tambah sempit saja celananya terasa. Jadi dia terbiasa lewat jalan pintas dengan jajan. Dia sudah tidak merasa jadi diri sendiri sejak pertama kali Citra selesai mempermak habis penampilannya dan dia melihat sendiri mukanya di cermin.
