Ia terus mengelap pahaku. Nampak ada perubahan besar pada Hawin. Bokep stw Ia terus mengelap pahaku. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Bayar arisan. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Lalu pindah ke pangkal paha. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Haruskah kujawab sapaan itu?Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Makin lama makin jelas. Creambath? Jendela kubuka. Ayo..!Aku masih diam saja. Ah sial. Ah sial. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun.
