Kurasa aku terlalu emosionil.”
“Tak apa-apa,” balasku tersenyum. Bibirnya berbisik-bisik tak karuan. Bokep stw Dari balik kemeja putih tipis yang ia kenakan, aku bisa melihat bayangan bra-nya. Ia mendesah saat kutemukan puting buah dadanya. Jangan dulu…aahhkk…”
“Shiitt !!” erangku memaki, lalu melepaskan tubuhku dari pelukannya. Tak berapa lama kemudian, alunan instrumental Oriega mengalun. “Ahkkk,” ia mendesah. Kuturunkan tubuhku dari sofa, lalu berlutut di samping tubuhnya yang terlentang. “My God,” desahku tanpa sadar. Saat aku terdiam, tubuhnya bergeser lagi semakin rapat, lalu ia mengangkat kepalanya dan mengecup bibirku sekali lagi. “Shall we dance?” katanya, membuat tawaku berhenti. Tapi…”
“Tidak, kamu masih perjaka,” ia berbisik lagi. Sedikit berdebar kemudian, saat ia merapatkan tubuhnya ke tubuhku. “Thanks,” bisikku padanya. Sejuta kesan yang tiada pernah lengkap diurai dengan kata-kata. Gerakan tubuhnya yang menempel di tubuhku, aroma wewangian dari kulitnya. Ia mencium bibirku. Ia menarik kedua kakinya ke atas sofa, hingga sekarang ia dalam posisi berlutut di sampingku.
