“Sama aja. Bokef Kali ini dia yang memilih kamar ke penjaganya.“Kamar yang di sudut,” katanya. Ketika kutanya apakah namanya hanyalah nama profesi atau nama sebenarnya, ia mengeluarkan KTP-nya dan menyerahkannya padaku. Kulihat sudah mulai membesar tidak sabar untuk menembakkan pelurunya.Selesai mandi aku keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk. Kurasakan iapun membalas dengan penuh gairah setiap serangan yang kulancarkan, namun aku tidak tahu apakah dia benar-benar menikmati atau hanya sekedar servis terhadap tamunya. Ssshhtt.. “Tidak semua kamar ada cerminnya. Ia sedang mandi. Panas matahari terasa menyengat kulit. Sungguh pandai ia memainkan mulut dan lidahnya di sekujur penisku. Sekarang baru bisa pulang dan mau istirahat”. Baru aku ingat”, jawabnya, “Mau ke mana?” sambungnya. Ini juga mau pulang, istirahat di rumah,” kataku. Kucium leher dan telinga kirinya, tangan kirinya terangkat dan kemudian menarik rambutku. Isi dalam kamr tidak berbeda dengan kamar lainnya. Kupeluk dia dari belakang dan tanganku membantunya melepaskan kancing dan bajunya. Anterin ke Pasar Minggu yuk.




















