Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.“Tapi, Pa. Bokep stw Kita pulang aja yuk.”“Alaa, Mer. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Kita kan baru sampai di sini. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu. Ia hanya terpana memandangiku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Kubatalkan niatku untuk mandi. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi.
