Aku duduk di sofa sambil membuka sepatu. Bokepindo Batang penisku serasa disedot dan dipelintir-pelintir. Harus kuakui, Tante Ning adalah guruku yang terbaik dalam hal yang satu itu.Untungnya affair itu tidak berlanjut sampai ketahuan orang. Tante Ning tidak canggung-canggung lagi memeluk pinggangku bila kami berboncengan naik motor. Yang jelas, kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sampai akhirnya kulihat Tante Ning menurunkan celana dalamnya sendiri. Entah siapa yang memulai, kami lalu berciuman bibir. Tante Ning tersenyum. “Betul?” tanyanya. Lembut sekali. Sampai tiba-tiba kulihat tangannya merayap… meraba selangkanganku!Aku terkejut, bercampur malu karena ketahuan saat itu aku sudah “ngaceng”. Semua orang kaget, hanya Tante Ning yang maklum. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menarik-narik daging kelentitnya.“Ooohhhhh, Ivvvaaannn…, enak banget, Sayaaang… Teruuss…., teruuuuussssss….. Aku bahkan bisa mengingatnya dengan detil, dan kenangan itu selalu membuat aku terangsang.Aku memanggilnya Tante Ning.




















