Untuk Kak Edo. Bokepindo Masih merasa seperti bermimpi, yg kalau diceritakan maka akan jadi cerita cabul esek esek saru. Kekuatannya. Untuk Kak Edo. Aku masih asyik menjilat dan mengulum dan menghisap ketika Kak Rai memberiku perintah pertamanya.“Diam ya… tunggu…” Aku terdiam.Menunggu, dengan posisi masih menungging. Merasa pantatku lembab. Masuk. Saya juga enak dan nikmat. Kurasakan nafas hangat di pipiku.Bibir hangat mencium pipiku, mencium air mataku. Aku merintih, memohon agar penisnya dimasukkan kembali. Tubuhku terbaring. Aku menangis, bahagia. Aku merasa… sakit. Jadi pagi-pagi dihabiskan dengan mencuci celana dalam, daster, dan seprai. Saya bukan makanan, tuan. Ah, khayalan yg tdk akan pernah terwujud… tapi kukira aku masih boleh berkhayal, bukan? Ketika ujung ibu jari dan jari tengah bertemu, pas melingkari penis yg kokoh ini.Aku mulai menyukai urat- uratnya, guratan-guratannya. Pahaku terlipat menempel betis. Tdk ada lagi batasan. Kak Edo tersenyum, mengangguk.“Tambah telor setengah matang?” Sempurna.Aku bergegas mempersiapkan semuanya. Sprei basah sudah tdk terpikirkan, tdk masalah. Memenuhi liang.
