Namun yang kutemukan bukanlah pancaran liar dan haus yang biasa kurasakan saat-saat kami masih bersama. Bokep montok “Chie, jangan!”
Chie mendesah. Jarang mungkin kita melihat seorang gadis indo dengan kulit putih, hidung mancung dan rambut kemerahan duduk menghabiskan waktu bersama teman-temannya di warung sate di pinggir jalan, dengan celana jeans sobek di lutut dan tangan yang melambai-lambai ke segala arah, setiap kata-kata riang keluar dari bibirnya. Meninggalkan…
“Ray,” Jay berseru di belakangku, “Ingat, sobat. Aku bukanlah seorang bodoh yang tak bisa membedakan perawan dengan tante-tante. Kugigit bibirnya, merasakan kepalanya yang terangkat dan cengkeraman kuku-kukunya di kulit punggungku. Kini semua rangkaian cerita sudah lengkap.Akulah Ray. Menghentikan lumatan bibirnya, menjatuhkan kepalanya di dadaku. Yang lebih suka minum es dengan murahan daripada minuman-minuman mahal yang tersedia di kafe-kafe. Ah, memang teman lebih berharga daripada pacar. “Aku akan berangkat ke Australia akhir Oktober.”
Aku terenyak, mengangkat tubuhku dan menatap matanya bertanya-tanya. Namun yang kutemukan bukanlah pancaran liar dan haus yang biasa kurasakan saat-saat kami masih




















