Ia juga kadang menatapku sekilas, dan melempar senyum kecil, yang menurutku teramat hangat itu. Bokef Tiba-tiba saja Mbak Marissa menarik kepalaku dan membenamkan dadanya ke wajahku.Dibantunya mulutku menemukan puting merah muda itu. Mbak sendiri?” tanyaku, sedikit gugup.“Nggak. Mbak Marissa berdiri di situ, dengan tank-top dan celana pendek favoritnya, yang sekarang jadi favoritku juga.“Hei, ada pintu tembus, rupanya!” celetuknya riang. Ia memberiku kenikmatan seminggu penuh. Bila bertatap mata dengan Mbak Marissa, dadaku berdebar-debar. Aku menatap jam dinding. Aku yakin tak ada orang yang berkeliaran di luar rumah malam ini. Aku meraba-raba sekeliling dan mencari lilin. Aku terkejut. Mbak Marissa kembali ke rumahnya lewat pintu belakang jam 5 pagi. Aku terkejut. Ia mendekat dan melepaskan tangannya dari dadanya. Kubiarkan ia terus mengerang dan mengaduh, mendesah. Aku ingat itu pintu yang menghubungkan rumahku dengan rumah sebelah.




















