banyak orang,” Nia berkata kepadaku. Bokep jilbab “Bentar saja..” sahutku, dan langsung mengambil kunci mobil dan tanpa menunggu seruan mamaku, aku membawa mobil papa keluar rumah.Di jalan kutenggak teh pahit yang selalu kubawa di saku jaketku. Kuangkat sisi tubuhku, memeluk belakang lehernya dengan telapak tanganku. Ah, ya. “Ssshh.. hkk.. Plakk! “Kamu harus mau menjadi pacarku.”
Aih, jadi ini masalahnya. Aku menangis semakin keras, mengerang dan terisak, sesekali menguap dengan gerakan sesamar mungkin, sekedar memastikan air mataku tetap keluar. “Mau kemana Ray? “Ah.. Membayangkan memiliki seorang kekasih yang tak dapat kulepas lagi? maaf..” Aku beringsut ke bangkuku sendiri, menutup mukaku dan menangis seperti seorang anak kecil. “Kamu ada masalah apalagi dengan Enni?”
“Biasa, sifat kekanak-kanakannya belum mau hilang.”
“Ya sudahlah, tadi dia nangis telpon aku..”
“Lalu? Soalnya di sana satu-satunya toko buku bermutu dimana kita bisa membaca gratis. hh..” Dengan gerakan halus kutarik celana dalamnya menelusuri pahanya, betisnya, menikmati geliatnya di tindihanku. “Nih..” ujarku saat mengecup bibirnya dan dadanya.