Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Saya menggeleng.“Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Bokepindo Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Ah, biar saja! Kemudian diperiksa oleh dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit atau tidak. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Saya melihat arloji di tangan saya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol.“Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya
