Satu dua, satu dua. Bokep indo Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Aku menurut saja. Makin lama makin jelas. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Apalagi yang dapat tertinggal? Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.Perlu tidak ya kutegur? Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Ah masa bodo. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Ia tepat berada di tengah-tengah. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Tetapi, bayangan itu terganggu. Ia kerja di sana? Sial. Aku hanya main dengan tangan. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yang.., cepat-cepat berkemas.




















