Alamak.., jauhnya. XNXX Jepang Tidak terlalu ayu. Aku memegang teteknya. Aku masih mematung. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.“Si Nina, yang tadi. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu aku paling anti masuk salon. Dingin. Aku tahu di mana ruangannya. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Aku tidak berpakaian kini. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok.




















