“Oocch, Mas.. Bokef Cuma bergerak-gerak sedikit saja. “Ah.. kamu harus membantu Santi membersihkan pantry!” begitu kata Eksanti setelah kami mampu berbicara lagi. Aku cepat-cepat menahan tubuh itu, mencengkram bahunya dengan kuat. Apalagi lalu jari itu semakin lama semakin ke bawah, lalu agak ke depan, menyelinap ke gerbang kewanitaannya dari belakang. Aku menjilati bagian yang terkuak itu, mendesak-desakkan lidahku yang panjang ke dinding-dinding kewanitaan Eksanti, menimbulkan perasaan yang tak terperi dalam dirinya. Ia merebahkan kembali tubuhnya ketika aku tidak lagi hanya menjilat, tetapi juga mengulum-ngulum “Si Merah Kecil” yang dipenuhi saos tomat, menyedot-nyedotnya seperti hendak membuatnya licin bersih. Tanganku merayap ke bawah, menyingkap rok yang dikenakan Eksanti. “Mas, bersihkan saus tomat itu dengan mulutmu, please..,” desah Eksanti nyaris tak terdengar. Fantasi seksualku tersulut dengan cepat, membakar badanku, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.Eksanti merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika aku menyantap “sayuran” di atas tubuhnya.



















