Coba kalau aku bisa bantu. Bokeb tanya bibi lagi. Selama itu, aku tidak banyak bicara, bingung mau ngomong apa. Kali ini lebih keras. tanyanya sebelum menutup pintu.Apa aja, Bi. Gini aja sudah enak kan? Panas katanya. Tambah banyak aja manimu. kataku berbohong.Emang kamu make apaan? Tapi teringat kata-kata paman, aku terus memberanikan diri.Rasa penasaran menyergapku saat kupelototi kulit pahanya yang halus dan mulus. itulah jawaban yang aku berikan.Dan untungnya bibi percaya. Biarlah samaranku terbongkar, yang penting aku bisa terus menikmati belaian tangannya. Ah, tidak apa-apa, toh dia yang menyuruh. Kenapa tidak dari dulu. Deras dan banyak sekali. Tak jarang dia mengusap kepala dan menbelai pundakku jika aku melakukan hal bodoh atau menjadi ledekan orang lain. Aku sempat agak ngambek, tapi kemudian tersenyum saat bibi meraba burungku. Mungkin hanya sekitar sepuluh kali aku memaju-mundurkan kontolku, sebelum akhirnya aku menggeram dan memuntahkan cairan spermaku di dalam benda itu.




















