Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Bokep hot Napasnya tersengal. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Duduk di tepi dipan. Atau apalah? Ah sial. Ia cukup lama bermain-main di perut. Junior berdenyut-denyut. Tunggu apa lagi. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ia tidak bercerita apa-apa. Kuusap sisa cream. Shit! Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Creambath? Di mana? Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Junior berdenyut-denyut. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak




















