Blasernya kulempar ke kursi, kemeja putihnya kubuka perlahan lalu celana panjangnya kuloloskan. Bokef Dua buah bijiku diseruputnya Bener-bener enak. kamu hebat sekali”, bisiknya lirih. “Aku sudah menduga semua itu soalnya aku perhatikan kamu sering nyari-nyari alasan menghadap aku. Happy yang sedari tadi tegang kini seakan menunjukkan kehebatannya dengan berdiri tegak menantang Bu Melly. Kulihat Bu Melly merem-melek menahan kenikmatan. “Jangan terima kasih dulu Bu, soalnya ini belum apa-apa, nanti Andy kasi yang lebih dahsyat”, sahutku. Sangat indah karena posisi kami berpelukan juga menunjang. Kenapa harus makan siang di hotel? Duduk berhadapan sangat terasa kalau suasananya berobah, tidak seperti kemarin-kemarin. Tubuhnya terawat tanpa cela. Namun sebagai bawahannya langsung aku cukup mengerti beban posisi yang harus dipikulnya sebagai pemimpin perusahaan. Rupanya tingkahku itu diperhatikannya.Kami berpandangan lama. Memang aku sering menatap Bu Melly disetiap kesempatan, apa lagi kalau sedang rapat kantor. Kami sama sama terkulai. Sebelum jam pulang Bu Melly memanggilku lewat sekretarisnya. Aku bangga juga mulai bisa menarik perhatian.
