Kita impas?” Aku menoleh dan melihat ia masih dengan senyumnya menatapku. Asal jangan tiga kali menginjak kakiku.”
“Mungkin lebih.”
“Ayolah. Bokep hijab Kudorong pinggangnya sedikit menjauh. “Baiklah,” ucapnya, “ke sini. Aku terlena saat bibirnya memagut bibirku. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. “Hey !” seruku. Ia tertawa geli. Mendesah dan mengerang. Tapi begini,” katanya seraya menurunkan lenganku yang terangkat. “Selanjutnya, aku menyuruhmu terlelap.” Ia lalu berhenti menyisiriku, kemudian memelukku. Dengan sedikit gugup-diiringi tawanya yang tiada henti-akhirnya aku berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan olehnya. Buah dadanya menekan dadaku, membuatku bingung. “Kamu akan menghilang besok pagi?” Kudengar ia tertawa lirih. Ia menggeser tubuhnya lebih dekat, hingga dadanya menempel di lenganku. Ia lalu mengulurkan lengannya dan mengelus pipiku dengan jemarinya. “Jangan menjauh.” Aku menoleh dan memandangnya. Air dingin membuatku terasa lebih segar. Aku terpesona. Sampai akhirnya aku merusak suasana dengan pertanyaanku.“Stop!” serunya, membuyarkan lamunanku. Ia menjambak rambutku. Dari balik kemeja putih tipis yang ia kenakan, aku bisa melihat bayangan bra-nya.
