“ Iya itu, bener … ”
Seketika itu juga aku menutup jendela angkot dan melihat kearahnya lagi,
“ Terima kasih, ” ucapnya. Ah an, aku dipermainkan seperti anak bayi. Indo bokep Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. ”
Aku lalu menuju salon. Kaki disandarkan di dinding. ” katanya melenguh. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Dadaku berguncang. “ Siapa Mbak..? Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka ?,
“ Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek, ” sang supir menggerutu sambil memberikan kembaldian. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, selangkangan. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Dia malah melengos. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya. Namun, tiba-tiba keberandianku hilang. Aku tertipu. Dia tidak bercerita apa-apa. ” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Hitam. Aku kegeldian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung.




















