“Ke mana..”, aku balik bertanya. Bokef “aahh”, desahnya. “Tenang aja Mas.., rahasia dijamin, ya Sari”, kata Bu Maya sambil mengedip penuh arti.Setelah menurunkan Bu Maya di halte, aku langsung mengarah ke Setia Budi. Kanan kembali ke Setia Budi. Tadi Sari bilang sendirian. Sedang mens, mau ngantar adik, ditunggu mamanya. Sementara Sari membersihkan mulutnya dengan tissu. Lepas dari kemacetan tiba-tiba Sari memberi tawaran yang nikmat. Sari melepaskan ciuman, bangkit, memeriksa sekeliling. Aku kembali menuju Bandung. Niatku makin menggebu setelah Sari tak menunjukkan kemarahan ketika beberapa kali aku menjamah paha mulusnya dan bahkan sekali aku pernah meremas buah dadanya. Tentu ini ada “ongkosnya”, yaitu aku tak pernah minta uang kembalian.Agar bisa bebas menjamah, aku pilih waktu yang tepat jika ingin membeli sesuatu. Berbahaya sebenarnya. Ada 3 orang pegawai koperasi yang melayani toko ini, 2 diantaranya cewek. “Lho.., kita ‘kan cari tempat..”, aku menginjak rem berhenti. Celanaku terasa sesak. Kulepas tanganku dari “susu segar” Sari, aku belok kiri.




















